Selasa, 21 Juni 2011

Sejarah Singkat Kota Kapuas

Penduduk asli di Kabupaten Kapuas adalah suku bangsa Dayak Ngaju, yang terdiri dari dua suku, yaitu uluh Kapuas – Kahayan yang mendiami sepanjang tepian sungai Kapuas - Kahayan bagian hilir dan tengah, dan uluh Ots Danum yang mendiami sepanjang tepian sungai Kapuas - Kahayan bagian hulu.
Penyebaran penduduk di sepanjang tepian sungai tersebut, tidak dapat diperkirakan ruang dan waktunya secara tepat, karena tidak adanya peninggalan yang jelas maupun tulisan sebagai pegangan. Kawasan ini pada bagian hilirnya, masih merupakan rawa pasang surut, yang tidak mungkin menghasilkan rempah-rempah sebagai komoditi perdagangan yang ramai pada waktu itu, walaupun kapal-kapal company Belanda sudah menyinggahi bandar Banjarmasin sejak tahun 1606.

Sampai dibubarkannya VOC dan digantikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1800, kawasan Kapuas - Kahayan bersama penduduknya masih terisolasi sekian lama dari hubungan dengan dunia luar.
Bulan Pebruari 1860, dalam rangka mengawasi lalu lintas perairan di kawasan Kapuas, pihak Belanda membangun sebuah fort (benteng) di Ujung Murung dekat muara sungai Kapuas, sekitar rumah jabatan Bupati Kapuas sekarang. Bersamaan dengan adanya benteng di tempat tersebut, lahirlah nama "Kuala Kapuas" yang diambil dari sebutan penduduk setempat, yang sedianya menyebutnya dalam bahasa Dayak Ngaju "Tumbang Kapuas", seiring dengan itu ditempatkanlah seorang Pejabat Belanda sebagai Gezaghebber (Pemangku Kuasa) yang dirangkap oleh komandan benteng yang bersangkutan. Sehingga kawasan Kapuas - Kahayan tidak lagi berada di bawah pengawasan Pemangku Kuasa yang berkedudukan di Marabahan, disamping itu ditunjuklah pejabat Temanggung Nikodemus Ambu sebagai sebagai Kepala Distrik (Districtshoofd).
Sementara itu perkampungan di seberang, yakni di kampung Hampatung yang menjadi tempat kediaman kepala distrik, yang pada saat itu bertempat di sekitar Sungai Pasah, sejak terbukanya terusan Anjir (kanal) Serapat tahun 1861 berangsur-angsur berubah dari pemukiman rumah adat Betang menjadi perkampungan perumahan biasa. Selajutnya bertambah lagi Stasi Zending di Barimba pada tahun 1868, disusul munculnya perkampungan orang Cina di antara kampung Hampatung dan Barimba serta terbentuknya perkampungan dengan nama kampung Mambulau di sekitar kampung Hampatung.
Dari berbagai peristiwa dan keterangan tersebut, akhirnya dijadikan sebagai acuan untuk hari jadi Kota Kuala Kapuas, yaitu dari bermulanya Betang Sungai Pasah yang didirikan sebagai satu-satunya pemukiman adat yang tertua di lingkungan batas Kota Kuala Kapuas (yang masih utuh sewaktu permulaan pembangunan kota ketika Temanggung Nikodemus Jayanegara mulai mendirikan betangnya di kampung Hampatung pada tahun 1863). Sehingga pada lokakarya penyempurnaan buku sejarah Kabupaten Kapuas pada tanggal 1-2 Desember 1981 di Kuala Kapuas, menetapkan hari jadi Kota Kuala Kapuas pada tanggal 21 Maret 1806 berdasarkan atas berdirinya Betang Sungai Pasah pada tahun 1806, sekaligus pada tanggal 21 Maret 1951 sebagai hari jadi Pemerintah Kabupaten Kapuas.
sumber : www.kapuas.net

Kamis, 16 Juni 2011

Mari berwisata ke Pasar Terapung - KALIMANTAN SELATAN

Metodologi Studi Hadits



Metodologi Studi Hadits


Dalam makalah ini akan membahas pengertian hadits, fungsi, ilmu-ilmu hadits, metode kritik hadits, dan model penelitian hadits.

A. Pengertian Hadits

Secara bahasa Hadits berasal dari kata bahasa Arab hadatsa, yahdatsu, hadtan, haditsan berati sesuatu yang baru, menunjukkan waktu yang dekat, atau sesuatu yang di perbincangkan, diberitakan, dan di alihkan dari seorang ke orang lain.

Secara istilah Hadits adalah perkataan, perbuatan, dan keretapan Rasulullah saw. Akan tetapi terdapat beberapa perbedaan antara ulama satu dengan yang lain dalam mengartikan hasits sebab hadis tidak hanya perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah saw saja tapi juga perkatan, perbuatan, dan ketetapan sahabat dan para tabi’in. Untuk itu perlu di ketahui perbedaab antara hadits, sunnah, khabar dan atsar beberap ulama ada yang menyebutkan bahwa keempatnya sama saja namun ada pula yang menyebutkan bahwa keempatnya berbeda.


B. Fungsi Hadits

Hadis dalam islam merupakan sumber ajaran yang kedua setelah al Quran, sebagai mana yang di jelaskan dalam Al-Quran maupun sabda Rasulullah

يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”.(An-Nisa’:59)


تركت فيكم امرين لن تضلوا ابدا ان تمسكتم بهما: كتاب الله و سنة رسوله

“ Aku tinggalkan dua pusaka untukmu, yang kalian tidak akan sesat apabila berpegang teguh kepadanya, yaitu Kitab Allah (Al-Quran) dan Sunnah Rasul.” HR. Adu Dawud

Berikut ini fungsi dari hadis terhadap al-Quran:

1. Sebagai penjelas dari al-Quran

2. Sebagai perinci dari ayat-ayat yang global

3. Sebagai tafsir dari al-Quran

4. Sebagai pelengkap Al Quran

5. Sebagai penguat al Quran


C. Ilmu-ilmu Hadits

Dalam mempelajari hadits, dibutuhkan pengetahuan tentang ilmu-ilmu yang berhubungan dengan seluk-beluk hadits. Ilmu-ilmu ini muncul seiring dengan berjalannya waktu terutama pada masa klasik hingga kini ilmu-ilmu tersebut tepat digunakan dan terus berkembang. Ilmu-ilmu tersebut diantaranya:

1. Tahammul Hadits

Ilmu ini menjelaskan tentang cara-cara yang ditempuh oleh para sahabat Rasulullah dalam meneria hadits dari Rasulullah, sekaligus cara menyampaikan kepada sahabat yang lain. Berikut ini metode yang digunakan:


a. Metode al-sima’

b. Metode al-iqra’ah

c. Metode al-ijaz

d. Metode al-munawalah

e. Metode mukatabah

f. Metode i’lam

g. Metode al-washiyyah

h. Metode al-wijadah


2. Ilmu Tarikh al-Ruwat

Yaitu ilmu yang bertujuan memahami para perawi hadits dari aspek yang berhubugan dengan periwayatan. Ilmu ini menjelaskan tentang keadaan rawi dari lahir hingga wafat dan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupannya dan pemikiran-pemikirannya. Ilmu ini penting untuk untuk mengetahui sejauh mana kwalitas rawi yang meriwayatkan hadits tersebut.

3. Ilmu Jarkh wa Ta’dil

Yaitu ilmu yang mempelajari hal ihwal para rawi dari segi diterimanya atau ditolaknya riwayat mereka. Ilmu ini penting untuk mengetahui apakah hadits tersebut shahih atau ada cacat didalamnya.

4. Ilmu Gharibul Hadits

Yaitu ilmu yang menpelajari tentang makna kata yang kurang jelas dari sebuah hadits untuk dicaripenjelasannya. Ilmu ini penting untuk dapat memahami dan mengali kandungan yang ada pada sebuah hadits sebab terkadang dalam sebuah hadits ditemukan kata-kata yang sulit difahami.



5. Ilmu Muhtalif al-Hadits

Yakni ilmu yang mengkaji hadits-hadits yang tampaknya saling bertentangan dari segi maksudnya, dan berusaha mengkompromikannya. Dan membahas hadits yang sulit difahami, dan berupaya mencari jalan keluarnya

6. Ilmu I’lalal-Hadits

Yaitu ilmu yang membahas sebab-seba yang tersembunya (i’lal) yang menyebabkan suatu hadits yang asalnya berkedudukan tertentu harus diberikan catatan setelah diketahui sebab-sebab yang tersembunyi itu.

7. Ilmu musthalah al-Hadits

Yaitu ilmu yang menbahas hakikat periwayatan, syarat-syaratnya, macam-macamnya, hukum-hukumnya, keadaan perawi-perawinya, serta syarat-syaratnya dan macam-macam yag diriayatkan, serta hal-hal yang berhubungan dengannya. Dalam definisi yang lain bahwa ilmu ini membahas tentang keadaan perawi dan apa yang diriwayatkannya dari segi diterima atau ditolaknya sebuah hadits. Ilmu ini penting untuk mengetahui kedudukan hadits dari segi kwalitas rawi atau kwantitas perawinya.


D. Metode Kritik Hadits

Untuk meneliti keabsahan sebuah hadits para alhi hadits telah mengembangkan beberapa metode yang biasa disebut metode kritik hadits. Mereka membaginya menjadi dua metode sanat dan matan

1. Metode Kritik Sanad

Maksudnya adalah suatu pengkajian secara kritis atas obyek berupa sanat atau mata ratai hadits dari perawi akhir hingga Rasululla saw. Fokus pengkajiannya adalah pada: biografi para rawi, hubungan antar perawi terdekat dalam hadits, serta kwalitas kepribadian perawi hadits sejak awal hingga saat ini penembangan dari metode ini mengalami perkembangan yang sangat pesat ini dapt dibuktikan dengan adanya banyak ilmu dan cabang-cabang ilmu yang berhubungan dengan sanat hadits.

Metode ini harus diimbangi dengan metode kritik matan, sebab saat ini banyak orang yang kritis terhadap sanad namun tidak kritis pada matannya ini mengakibatkan kurangnya perhadap relevensi sebuah hadits pada persoalan-persoalan kontemporer.


2. Metode Kritik Matan

Yakni suatu pengkajiansecara kritis atas hadits Nabi saw dari sisi matan (redaksi hadits) untuk menguji keotintikannya, validitasnya, serta ketepatanny. Penelitian ini difokuskan pada beberapa obyek:

1. Keaslihan kata dalam hadits dilihat dari dikenal atau tidaknya kata tersebut pada masa Nabi saw dan sahabat

2. Ketepatan pemilihan kata oleh seorang rawi

Untuk mengetahui secara akurat tentang keaslian sebuah hadits maka digunakan beberapa cara diantaranya:

1. Perbandingan antara hadits-hadits dari berbagai murid seorang syah

2. Perbandingan antara pertanyaan-pertanyaan dari beorang ulama yang dikeluarkan pada waktu yang berlainan.

3. Perbandingan antara hadits dengan ayat Al-Quran yang berkaitan



Metodologi Studi Hadits


Dalam makalah ini akan membahas pengertian hadits, fungsi, ilmu-ilmu hadits, metode kritik hadits, dan model penelitian hadits.

A. Pengertian Hadits

Secara bahasa Hadits berasal dari kata bahasa Arab hadatsa, yahdatsu, hadtan, haditsan berati sesuatu yang baru, menunjukkan waktu yang dekat, atau sesuatu yang di perbincangkan, diberitakan, dan di alihkan dari seorang ke orang lain.

Secara istilah Hadits adalah perkataan, perbuatan, dan keretapan Rasulullah saw. Akan tetapi terdapat beberapa perbedaan antara ulama satu dengan yang lain dalam mengartikan hasits sebab hadis tidak hanya perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah saw saja tapi juga perkatan, perbuatan, dan ketetapan sahabat dan para tabi’in. Untuk itu perlu di ketahui perbedaab antara hadits, sunnah, khabar dan atsar beberap ulama ada yang menyebutkan bahwa keempatnya sama saja namun ada pula yang menyebutkan bahwa keempatnya berbeda.


B. Fungsi Hadits

Hadis dalam islam merupakan sumber ajaran yang kedua setelah al Quran, sebagai mana yang di jelaskan dalam Al-Quran maupun sabda Rasulullah

يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”.(An-Nisa’:59)


تركت فيكم امرين لن تضلوا ابدا ان تمسكتم بهما: كتاب الله و سنة رسوله

“ Aku tinggalkan dua pusaka untukmu, yang kalian tidak akan sesat apabila berpegang teguh kepadanya, yaitu Kitab Allah (Al-Quran) dan Sunnah Rasul.” HR. Adu Dawud

Berikut ini fungsi dari hadis terhadap al-Quran:

1. Sebagai penjelas dari al-Quran

2. Sebagai perinci dari ayat-ayat yang global

3. Sebagai tafsir dari al-Quran

4. Sebagai pelengkap Al Quran

5. Sebagai penguat al Quran


C. Ilmu-ilmu Hadits

Dalam mempelajari hadits, dibutuhkan pengetahuan tentang ilmu-ilmu yang berhubungan dengan seluk-beluk hadits. Ilmu-ilmu ini muncul seiring dengan berjalannya waktu terutama pada masa klasik hingga kini ilmu-ilmu tersebut tepat digunakan dan terus berkembang. Ilmu-ilmu tersebut diantaranya:

1. Tahammul Hadits

Ilmu ini menjelaskan tentang cara-cara yang ditempuh oleh para sahabat Rasulullah dalam meneria hadits dari Rasulullah, sekaligus cara menyampaikan kepada sahabat yang lain. Berikut ini metode yang digunakan:


a. Metode al-sima’

b. Metode al-iqra’ah

c. Metode al-ijaz

d. Metode al-munawalah

e. Metode mukatabah

f. Metode i’lam

g. Metode al-washiyyah

h. Metode al-wijadah


2. Ilmu Tarikh al-Ruwat

Yaitu ilmu yang bertujuan memahami para perawi hadits dari aspek yang berhubugan dengan periwayatan. Ilmu ini menjelaskan tentang keadaan rawi dari lahir hingga wafat dan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupannya dan pemikiran-pemikirannya. Ilmu ini penting untuk untuk mengetahui sejauh mana kwalitas rawi yang meriwayatkan hadits tersebut.

3. Ilmu Jarkh wa Ta’dil

Yaitu ilmu yang mempelajari hal ihwal para rawi dari segi diterimanya atau ditolaknya riwayat mereka. Ilmu ini penting untuk mengetahui apakah hadits tersebut shahih atau ada cacat didalamnya.

4. Ilmu Gharibul Hadits

Yaitu ilmu yang menpelajari tentang makna kata yang kurang jelas dari sebuah hadits untuk dicaripenjelasannya. Ilmu ini penting untuk dapat memahami dan mengali kandungan yang ada pada sebuah hadits sebab terkadang dalam sebuah hadits ditemukan kata-kata yang sulit difahami.



5. Ilmu Muhtalif al-Hadits

Yakni ilmu yang mengkaji hadits-hadits yang tampaknya saling bertentangan dari segi maksudnya, dan berusaha mengkompromikannya. Dan membahas hadits yang sulit difahami, dan berupaya mencari jalan keluarnya

6. Ilmu I’lalal-Hadits

Yaitu ilmu yang membahas sebab-seba yang tersembunya (i’lal) yang menyebabkan suatu hadits yang asalnya berkedudukan tertentu harus diberikan catatan setelah diketahui sebab-sebab yang tersembunyi itu.

7. Ilmu musthalah al-Hadits

Yaitu ilmu yang menbahas hakikat periwayatan, syarat-syaratnya, macam-macamnya, hukum-hukumnya, keadaan perawi-perawinya, serta syarat-syaratnya dan macam-macam yag diriayatkan, serta hal-hal yang berhubungan dengannya. Dalam definisi yang lain bahwa ilmu ini membahas tentang keadaan perawi dan apa yang diriwayatkannya dari segi diterima atau ditolaknya sebuah hadits. Ilmu ini penting untuk mengetahui kedudukan hadits dari segi kwalitas rawi atau kwantitas perawinya.


D. Metode Kritik Hadits

Untuk meneliti keabsahan sebuah hadits para alhi hadits telah mengembangkan beberapa metode yang biasa disebut metode kritik hadits. Mereka membaginya menjadi dua metode sanat dan matan

1. Metode Kritik Sanad

Maksudnya adalah suatu pengkajian secara kritis atas obyek berupa sanat atau mata ratai hadits dari perawi akhir hingga Rasululla saw. Fokus pengkajiannya adalah pada: biografi para rawi, hubungan antar perawi terdekat dalam hadits, serta kwalitas kepribadian perawi hadits sejak awal hingga saat ini penembangan dari metode ini mengalami perkembangan yang sangat pesat ini dapt dibuktikan dengan adanya banyak ilmu dan cabang-cabang ilmu yang berhubungan dengan sanat hadits.

Metode ini harus diimbangi dengan metode kritik matan, sebab saat ini banyak orang yang kritis terhadap sanad namun tidak kritis pada matannya ini mengakibatkan kurangnya perhadap relevensi sebuah hadits pada persoalan-persoalan kontemporer.


2. Metode Kritik Matan

Yakni suatu pengkajiansecara kritis atas hadits Nabi saw dari sisi matan (redaksi hadits) untuk menguji keotintikannya, validitasnya, serta ketepatanny. Penelitian ini difokuskan pada beberapa obyek:

1. Keaslihan kata dalam hadits dilihat dari dikenal atau tidaknya kata tersebut pada masa Nabi saw dan sahabat

2. Ketepatan pemilihan kata oleh seorang rawi

Untuk mengetahui secara akurat tentang keaslian sebuah hadits maka digunakan beberapa cara diantaranya:

1. Perbandingan antara hadits-hadits dari berbagai murid seorang syah

2. Perbandingan antara pertanyaan-pertanyaan dari beorang ulama yang dikeluarkan pada waktu yang berlainan.

3. Perbandingan antara hadits dengan ayat Al-Quran yang berkaitan


Selasa, 14 Juni 2011

Bale kambang


Je_em's Article

PERGESERAN ORIENTASI PENDIDIKAN
DAN MAJU-MUNDUR MOBILITAS SOSIAL


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer memberikan arti bahwa pendidikan adalah “proses pengubahan cara berfikir atau tingkah laku dengan cara pengajaran, penyuluhan dan latihan.” Pada hakikatnya pendidikan merupakan tali dan sarana yang untuk mengantarkan seseorang pada kesadaran sosial yang lebih tinggi dibanding dengan sebelum ia mengecap pendidikan.
Seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit orientasi pendidikan mengalami pergeseran yang tajam, pendidikan berubah tujuan dan tidak mengindahkan hakikat pendidikan itu sendiri. Pendidikan diberikan bukan lagi berbasis pada kebutuhan masyarakat. Akan tetapi lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar. Sehingga setelah selesai mengecap pendidikan peserta didik bukan peka terhadap realitas sosial malah hilang dari realitas sosial.
Pendidikan yang mempunyai peran sebagai motor penggerak mobilitas sosial, perlu memperhatikan dan meluruskan kembali orientasinya. Karena, pendidikan sebagai pembentuk intelektual peserta didiknya merupakan faktor yang sangat penting dalam perubahan yang terjadi di masyarakat.
Bahkan boleh dikatakan, maju dan mundur mobilitas sosial dalam masyarakat tergantung pada pendidikan apa yang diterima oleh peserta didiknya. Sebagai contoh, apabila pendidikan mengajarkan tentang kekerasan, maka tak salah apabila pesetrta didik terbentuk menjadi pribadi yang keras. Sebaliknya, apabila pendidikan mengajarkan bahwa insan yang berpendidikan adalah insan yang peka terhadap realitas sosial, maka peserta didik akan mempersiapkan diri untuk menata pribadi mereka.
Realita saat ini pendidikan mempunyai banyak fungsi untuk memenuhi berbagai keperluan. Walaupun telah sedikit bergeser dari hakikat awal dari tujuan pendidikan tersebut namun pelaku pendidikan pun secara tidak langsung ikut terbawa terhadap pergeseran tersebut karena tuntutan konsumen.
Pendidikan tak lagi mengindahkan kepekaat terhadap apa yang ada di sekitar. Tetapi lebih mementingkan kebutuhan pasar yang menuntut sebuah kesempurnaan sebuah out-put dari pendidikan tersebut agar bisa bersaing di dunia kerja dan bisnis yang bersaing ketat di dunia sana. Pada akhirnya, apapun dilakukan untuk meraih tujuan tersebut. Nilai dan ijazah dapat dibeli dengan serogoh uang agar mendapatkan pangkat yang tinggi di sebuah perusahaan. Gelar S1 mungkin saja di dapatkan hanya dengan beberapa bulan, lagi-lagi dengan uang.
Para pelaku tak memandang kualitas apa yang dapat mereka sumbangkan dengan ijazah dan gelar palsu yang mereka pamerkan. Namun itulah usaha mereka untuk memenuhi kebutuhan pasar yang lama-lama menghimpit dan sedikit demi sedikit menggeser peran sebuah kejujuran. Tanpa disadari hal ini pun berpengaruh terhadap penataan pribadi masyarakat yang akhirnya mulai tak peduli terhadap sesama demi tercapainya tujuan pribadi.
Tak sedikit pula kebutuhan pasar ini memberi nilai positif terhadap pendidikan dan mobilitas sosial. Dengan adanya tuntutan pasar yang semakin bersaing di tengah-tengah masyarakat mau tidak mau pendidikan akan menata kembali sistem dan prose pendidikan yang ditawarkan. Instansi-instansi akan berlomba-lomba untuk membuat sebuah lembaga pendidikan yang mahal tapi bermutu untuk menawarkan sebuah kualitas out-put yang diperlukan pasar.
Di indonesia, masih banyak masyarakat yang tidak memandang pentingg sebuah pendidikan. Salah satu penyebabnya adalah budaya yang telah ditinggalkan oleh penjajah dan telah mengakar dalam watak kebanyakan masyarakt Indonesia khususnya yang masih berada di pedesaan, bahwa pendidikan tidak memberikan perubahan apa-apa terhadap kehidupan mereka yang terlahir dari keluarga petani, nelayan dan sebagainya.
Mereka memandang bahwa kesejahteraan dapat mereka peroleh dengan uang, bukan dengan pendidikan. Sehingga mereka berlomba-lomba mendidik anak-cucu mereka menjadi pribadi yang giat bekerja meneruskan lahan kerja mereka untuk mendapatkan banyak uang dan meningkatkan kesejahteraan kehidupan.
Pandangan negatif masyarakat terhadap pelaku pendidikan yang berperilaku menyimpang juga menjadi salah satu penyebab lainnya sehingga pendidikan dipandang sebelah mata, seperti para koruptur yang membeludak di Indonesia, membuat masyarakat beranggapan bahwa pendidikan telah memberi sebuah sumbangsih yang tak didinginkan oleh masyarakat. Kepiawaian orang-orang berpendidikan hanya digunakan untuk membodohi rakyat dan memenuhi kepentingan pribadi. Tak salah kalau keadaan dan realita seperti itulah yang memaksa masyarakat berpandangan negatif pula terhadap pendidikan.
Setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk berubah dan menjadi pelaku maju dan mundurnya mobilitas sosial. Karena pendidikan pun tak lepas dari ruang lingkup setiap individu tersebut. Keinginan yang kuat untuk merubah dan meluruskan kembali hakekat pendidikan juga berperan penting, karena tanpa keinginan dari pelaku maka pendidikan pun tak dapat berbuat apa-apa dan hanya mengikuti arus yang tak selamanya mengalir pada arus yang benar. Persimpangan dan rintangan mungkin saja hadir di tengah-tengah aliran itu.
Kesadaran masyarakat harus pula dibangun sejak awal, agar mempermudah laju gerak perubahan dalam diri pribadi dan memicu pada kesadaran dan kepekaan terhadap sosial. Oleh karena itu lah sekali lagi pendidikan lah yang memainkan peran dalam penyadaran masyarakat tersebut. Karena perubahan dan pergerakan sosial yang benar hanya dapat dilakukan oleh masyarakat yang berpendidikan benar pula.


SALAM DARI JE

Assalamu'alaikum wr.wb

Saudara-saudariku dari ujung timur sampai ujung barat, yang di utara maupun selatan.
Selamat bergabung di blog-ku, blog kita bersama corat-coret.com.
Silakan melihat-lihat. Ambillah apabila ada yang baik dan silakan tinggalkan pesan, saran dan kritikan apabila ada suatu kekurangan dari blog ini.
maklum....masih belajar...!!!
Semoga bermanfaat dan bisa menebar manfaat untuk semua.
Amin Ya Robb....!!!