Metodologi Studi Hadits
Dalam makalah ini akan membahas pengertian hadits, fungsi, ilmu-ilmu hadits, metode kritik hadits, dan model penelitian hadits.
A. Pengertian Hadits
Secara bahasa Hadits berasal dari kata bahasa Arab hadatsa, yahdatsu, hadtan, haditsan berati sesuatu yang baru, menunjukkan waktu yang dekat, atau sesuatu yang di perbincangkan, diberitakan, dan di alihkan dari seorang ke orang lain.
Secara istilah Hadits adalah perkataan, perbuatan, dan keretapan Rasulullah saw. Akan tetapi terdapat beberapa perbedaan antara ulama satu dengan yang lain dalam mengartikan hasits sebab hadis tidak hanya perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah saw saja tapi juga perkatan, perbuatan, dan ketetapan sahabat dan para tabi’in. Untuk itu perlu di ketahui perbedaab antara hadits, sunnah, khabar dan atsar beberap ulama ada yang menyebutkan bahwa keempatnya sama saja namun ada pula yang menyebutkan bahwa keempatnya berbeda.
B. Fungsi Hadits
Hadis dalam islam merupakan sumber ajaran yang kedua setelah al Quran, sebagai mana yang di jelaskan dalam Al-Quran maupun sabda Rasulullah
يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”.(An-Nisa’:59)
تركت فيكم امرين لن تضلوا ابدا ان تمسكتم بهما: كتاب الله و سنة رسوله
“ Aku tinggalkan dua pusaka untukmu, yang kalian tidak akan sesat apabila berpegang teguh kepadanya, yaitu Kitab Allah (Al-Quran) dan Sunnah Rasul.” HR. Adu Dawud
Berikut ini fungsi dari hadis terhadap al-Quran:
1. Sebagai penjelas dari al-Quran
2. Sebagai perinci dari ayat-ayat yang global
3. Sebagai tafsir dari al-Quran
4. Sebagai pelengkap Al Quran
5. Sebagai penguat al Quran
C. Ilmu-ilmu Hadits
Dalam mempelajari hadits, dibutuhkan pengetahuan tentang ilmu-ilmu yang berhubungan dengan seluk-beluk hadits. Ilmu-ilmu ini muncul seiring dengan berjalannya waktu terutama pada masa klasik hingga kini ilmu-ilmu tersebut tepat digunakan dan terus berkembang. Ilmu-ilmu tersebut diantaranya:
1. Tahammul Hadits
Ilmu ini menjelaskan tentang cara-cara yang ditempuh oleh para sahabat Rasulullah dalam meneria hadits dari Rasulullah, sekaligus cara menyampaikan kepada sahabat yang lain. Berikut ini metode yang digunakan:
a. Metode al-sima’
b. Metode al-iqra’ah
c. Metode al-ijaz
d. Metode al-munawalah
e. Metode mukatabah
f. Metode i’lam
g. Metode al-washiyyah
h. Metode al-wijadah
2. Ilmu Tarikh al-Ruwat
Yaitu ilmu yang bertujuan memahami para perawi hadits dari aspek yang berhubugan dengan periwayatan. Ilmu ini menjelaskan tentang keadaan rawi dari lahir hingga wafat dan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupannya dan pemikiran-pemikirannya. Ilmu ini penting untuk untuk mengetahui sejauh mana kwalitas rawi yang meriwayatkan hadits tersebut.
3. Ilmu Jarkh wa Ta’dil
Yaitu ilmu yang mempelajari hal ihwal para rawi dari segi diterimanya atau ditolaknya riwayat mereka. Ilmu ini penting untuk mengetahui apakah hadits tersebut shahih atau ada cacat didalamnya.
4. Ilmu Gharibul Hadits
Yaitu ilmu yang menpelajari tentang makna kata yang kurang jelas dari sebuah hadits untuk dicaripenjelasannya. Ilmu ini penting untuk dapat memahami dan mengali kandungan yang ada pada sebuah hadits sebab terkadang dalam sebuah hadits ditemukan kata-kata yang sulit difahami.
5. Ilmu Muhtalif al-Hadits
Yakni ilmu yang mengkaji hadits-hadits yang tampaknya saling bertentangan dari segi maksudnya, dan berusaha mengkompromikannya. Dan membahas hadits yang sulit difahami, dan berupaya mencari jalan keluarnya
6. Ilmu I’lalal-Hadits
Yaitu ilmu yang membahas sebab-seba yang tersembunya (i’lal) yang menyebabkan suatu hadits yang asalnya berkedudukan tertentu harus diberikan catatan setelah diketahui sebab-sebab yang tersembunyi itu.
7. Ilmu musthalah al-Hadits
Yaitu ilmu yang menbahas hakikat periwayatan, syarat-syaratnya, macam-macamnya, hukum-hukumnya, keadaan perawi-perawinya, serta syarat-syaratnya dan macam-macam yag diriayatkan, serta hal-hal yang berhubungan dengannya. Dalam definisi yang lain bahwa ilmu ini membahas tentang keadaan perawi dan apa yang diriwayatkannya dari segi diterima atau ditolaknya sebuah hadits. Ilmu ini penting untuk mengetahui kedudukan hadits dari segi kwalitas rawi atau kwantitas perawinya.
D. Metode Kritik Hadits
Untuk meneliti keabsahan sebuah hadits para alhi hadits telah mengembangkan beberapa metode yang biasa disebut metode kritik hadits. Mereka membaginya menjadi dua metode sanat dan matan
1. Metode Kritik Sanad
Maksudnya adalah suatu pengkajian secara kritis atas obyek berupa sanat atau mata ratai hadits dari perawi akhir hingga Rasululla saw. Fokus pengkajiannya adalah pada: biografi para rawi, hubungan antar perawi terdekat dalam hadits, serta kwalitas kepribadian perawi hadits sejak awal hingga saat ini penembangan dari metode ini mengalami perkembangan yang sangat pesat ini dapt dibuktikan dengan adanya banyak ilmu dan cabang-cabang ilmu yang berhubungan dengan sanat hadits.
Metode ini harus diimbangi dengan metode kritik matan, sebab saat ini banyak orang yang kritis terhadap sanad namun tidak kritis pada matannya ini mengakibatkan kurangnya perhadap relevensi sebuah hadits pada persoalan-persoalan kontemporer.
2. Metode Kritik Matan
Yakni suatu pengkajiansecara kritis atas hadits Nabi saw dari sisi matan (redaksi hadits) untuk menguji keotintikannya, validitasnya, serta ketepatanny. Penelitian ini difokuskan pada beberapa obyek:
1. Keaslihan kata dalam hadits dilihat dari dikenal atau tidaknya kata tersebut pada masa Nabi saw dan sahabat
2. Ketepatan pemilihan kata oleh seorang rawi
Untuk mengetahui secara akurat tentang keaslian sebuah hadits maka digunakan beberapa cara diantaranya:
1. Perbandingan antara hadits-hadits dari berbagai murid seorang syah
2. Perbandingan antara pertanyaan-pertanyaan dari beorang ulama yang dikeluarkan pada waktu yang berlainan.
3. Perbandingan antara hadits dengan ayat Al-Quran yang berkaitan
Metodologi Studi Hadits
Dalam makalah ini akan membahas pengertian hadits, fungsi, ilmu-ilmu hadits, metode kritik hadits, dan model penelitian hadits.
A. Pengertian Hadits
Secara bahasa Hadits berasal dari kata bahasa Arab hadatsa, yahdatsu, hadtan, haditsan berati sesuatu yang baru, menunjukkan waktu yang dekat, atau sesuatu yang di perbincangkan, diberitakan, dan di alihkan dari seorang ke orang lain.
Secara istilah Hadits adalah perkataan, perbuatan, dan keretapan Rasulullah saw. Akan tetapi terdapat beberapa perbedaan antara ulama satu dengan yang lain dalam mengartikan hasits sebab hadis tidak hanya perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah saw saja tapi juga perkatan, perbuatan, dan ketetapan sahabat dan para tabi’in. Untuk itu perlu di ketahui perbedaab antara hadits, sunnah, khabar dan atsar beberap ulama ada yang menyebutkan bahwa keempatnya sama saja namun ada pula yang menyebutkan bahwa keempatnya berbeda.
B. Fungsi Hadits
Hadis dalam islam merupakan sumber ajaran yang kedua setelah al Quran, sebagai mana yang di jelaskan dalam Al-Quran maupun sabda Rasulullah
يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”.(An-Nisa’:59)
تركت فيكم امرين لن تضلوا ابدا ان تمسكتم بهما: كتاب الله و سنة رسوله
“ Aku tinggalkan dua pusaka untukmu, yang kalian tidak akan sesat apabila berpegang teguh kepadanya, yaitu Kitab Allah (Al-Quran) dan Sunnah Rasul.” HR. Adu Dawud
Berikut ini fungsi dari hadis terhadap al-Quran:
1. Sebagai penjelas dari al-Quran
2. Sebagai perinci dari ayat-ayat yang global
3. Sebagai tafsir dari al-Quran
4. Sebagai pelengkap Al Quran
5. Sebagai penguat al Quran
C. Ilmu-ilmu Hadits
Dalam mempelajari hadits, dibutuhkan pengetahuan tentang ilmu-ilmu yang berhubungan dengan seluk-beluk hadits. Ilmu-ilmu ini muncul seiring dengan berjalannya waktu terutama pada masa klasik hingga kini ilmu-ilmu tersebut tepat digunakan dan terus berkembang. Ilmu-ilmu tersebut diantaranya:
1. Tahammul Hadits
Ilmu ini menjelaskan tentang cara-cara yang ditempuh oleh para sahabat Rasulullah dalam meneria hadits dari Rasulullah, sekaligus cara menyampaikan kepada sahabat yang lain. Berikut ini metode yang digunakan:
a. Metode al-sima’
b. Metode al-iqra’ah
c. Metode al-ijaz
d. Metode al-munawalah
e. Metode mukatabah
f. Metode i’lam
g. Metode al-washiyyah
h. Metode al-wijadah
2. Ilmu Tarikh al-Ruwat
Yaitu ilmu yang bertujuan memahami para perawi hadits dari aspek yang berhubugan dengan periwayatan. Ilmu ini menjelaskan tentang keadaan rawi dari lahir hingga wafat dan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupannya dan pemikiran-pemikirannya. Ilmu ini penting untuk untuk mengetahui sejauh mana kwalitas rawi yang meriwayatkan hadits tersebut.
3. Ilmu Jarkh wa Ta’dil
Yaitu ilmu yang mempelajari hal ihwal para rawi dari segi diterimanya atau ditolaknya riwayat mereka. Ilmu ini penting untuk mengetahui apakah hadits tersebut shahih atau ada cacat didalamnya.
4. Ilmu Gharibul Hadits
Yaitu ilmu yang menpelajari tentang makna kata yang kurang jelas dari sebuah hadits untuk dicaripenjelasannya. Ilmu ini penting untuk dapat memahami dan mengali kandungan yang ada pada sebuah hadits sebab terkadang dalam sebuah hadits ditemukan kata-kata yang sulit difahami.
5. Ilmu Muhtalif al-Hadits
Yakni ilmu yang mengkaji hadits-hadits yang tampaknya saling bertentangan dari segi maksudnya, dan berusaha mengkompromikannya. Dan membahas hadits yang sulit difahami, dan berupaya mencari jalan keluarnya
6. Ilmu I’lalal-Hadits
Yaitu ilmu yang membahas sebab-seba yang tersembunya (i’lal) yang menyebabkan suatu hadits yang asalnya berkedudukan tertentu harus diberikan catatan setelah diketahui sebab-sebab yang tersembunyi itu.
7. Ilmu musthalah al-Hadits
Yaitu ilmu yang menbahas hakikat periwayatan, syarat-syaratnya, macam-macamnya, hukum-hukumnya, keadaan perawi-perawinya, serta syarat-syaratnya dan macam-macam yag diriayatkan, serta hal-hal yang berhubungan dengannya. Dalam definisi yang lain bahwa ilmu ini membahas tentang keadaan perawi dan apa yang diriwayatkannya dari segi diterima atau ditolaknya sebuah hadits. Ilmu ini penting untuk mengetahui kedudukan hadits dari segi kwalitas rawi atau kwantitas perawinya.
D. Metode Kritik Hadits
Untuk meneliti keabsahan sebuah hadits para alhi hadits telah mengembangkan beberapa metode yang biasa disebut metode kritik hadits. Mereka membaginya menjadi dua metode sanat dan matan
1. Metode Kritik Sanad
Maksudnya adalah suatu pengkajian secara kritis atas obyek berupa sanat atau mata ratai hadits dari perawi akhir hingga Rasululla saw. Fokus pengkajiannya adalah pada: biografi para rawi, hubungan antar perawi terdekat dalam hadits, serta kwalitas kepribadian perawi hadits sejak awal hingga saat ini penembangan dari metode ini mengalami perkembangan yang sangat pesat ini dapt dibuktikan dengan adanya banyak ilmu dan cabang-cabang ilmu yang berhubungan dengan sanat hadits.
Metode ini harus diimbangi dengan metode kritik matan, sebab saat ini banyak orang yang kritis terhadap sanad namun tidak kritis pada matannya ini mengakibatkan kurangnya perhadap relevensi sebuah hadits pada persoalan-persoalan kontemporer.
2. Metode Kritik Matan
Yakni suatu pengkajiansecara kritis atas hadits Nabi saw dari sisi matan (redaksi hadits) untuk menguji keotintikannya, validitasnya, serta ketepatanny. Penelitian ini difokuskan pada beberapa obyek:
1. Keaslihan kata dalam hadits dilihat dari dikenal atau tidaknya kata tersebut pada masa Nabi saw dan sahabat
2. Ketepatan pemilihan kata oleh seorang rawi
Untuk mengetahui secara akurat tentang keaslian sebuah hadits maka digunakan beberapa cara diantaranya:
1. Perbandingan antara hadits-hadits dari berbagai murid seorang syah
2. Perbandingan antara pertanyaan-pertanyaan dari beorang ulama yang dikeluarkan pada waktu yang berlainan.
3. Perbandingan antara hadits dengan ayat Al-Quran yang berkaitan